Generator Rekapitulasi Akreditasi Interaktif

Nama Asesor:

NIA:

Nama Satuan Pendidikan:

NPSN:

Pilih Program yang Ada di Lembaga: Paket A Paket B Paket C

Indikator	Bukti/Dokumentasi	Rekap Hasil Wawancara	Rekap Hasil Observasi
Butir 1: Pendidik Menyediakan Dukungan Sosial Emosional
Interaksi yang setara dan saling menghargai.
Interaksi yang membangun pola pikir bertumbuh.
Memberi perhatian dan bantuan pada peserta didik yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra.
Strategi pembelajaran yang membangun keterampilan sosial emosional pada peserta didik.
Butir 2: Pendidik Mengelola Kelas
Kesepakatan kelas/kelompok yang disusun secara partisipatif.
Penegakan disiplin dengan pendekatan positif.
Kemampuan pendidik dalam mengelola kegiatan belajar sehingga peserta didik fokus pada aktivitas belajar.
Butir 3: Pendidik Mengelola Proses Pembelajaran
Perencanaan yang memadai untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Penilaian formatif digunakan sebagai umpan balik dalam proses pembelajaran.
Penilaian sumatif dilakukan dengan metode yang beragam menggunakan instrumen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Hasil penilaian dilaporkan secara informatif untuk mendorong tindak lanjut perbaikan.
Praktik pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis, mengutarakan gagasan, dan menghubungkan pengetahuannya dengan pengetahuan baru dan konteks aplikatif.
Butir 4: Pendidik Memfasilitasi Pembelajaran yang Efektif (Karakter & Kompetensi)
Pembelajaran yang efektif dalam menguatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan YME untuk membentuk akhlak yang mulia.
Pembelajaran yang efektif dalam menguatkan kecintaan terhadap sejarah, kekayaan budaya, alam Indonesia, pemikiran, dan karya anak bangsa.
Pembelajaran yang efektif dalam memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan memecahkan masalah.
Pembelajaran yang efektif dalam membangun kompetensi dan/atau karakter peserta didik sesuai kekhasan satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan kesetaraan.
Butir 5: Penyelenggara Menerapkan Budaya Refleksi dan Evaluasi Kinerja
Fasilitasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk melakukan refleksi kinerja dalam rangka perbaikan pembelajaran.	Jadwal supervisi/coaching/rapat evaluasi Hasil wawancara (pendidik, tendik) Jurnal refleksi pendidik/tendik Instrumen supervisi/umpan balik	Refleksi kinerja (supervisi, coaching, rapat evaluasi) telah terprogram, terjadwal, dan menjadi budaya. Pendidik/Tendik merasa nyaman, terbuka, dan menganggap refleksi sebagai kebutuhan untuk berkembang, bukan beban. Ada tindak lanjut nyata dari hasil refleksi.	Terobservasi sesi refleksi/coaching (misal: Kepala PKBM dgn Pendidik) berjalan sangat konstruktif, dua arah, dan fokus pada solusi perbaikan KBM. Pendidik memiliki jurnal refleksi yang diisi secara konsisten dan mendalam.
Evaluasi kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh penyelenggara secara berkala dan sistematis.	Laporan Evaluasi Kinerja (misal: PKG) Analisis umpan balik (dari siswa, ortu, mitra) Dokumen evaluasi kerjasama mitra	Evaluasi kinerja sangat sistematis, berbasis data (data supervisi, capaian siswa, umpan balik eksternal), dan dilakukan secara periodik. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar utama untuk program pengembangan profesional dan perbaikan layanan.	Dokumen evaluasi kinerja (PKG, dll) lengkap, terisi objektif, dan diarsipkan dengan sangat baik. Terlihat jelas alur data: data evaluasi kinerja digunakan untuk merencanakan program pelatihan (Butir 5.3) dan perbaikan KBM.
Program pengembangan profesional pendidik untuk peningkatan kualitas pembelajaran telah dilakukan.	Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Dokumentasi IHT/Workshop/Pelatihan/Webinar Sertifikat/Piagam pendidik Laporan diseminasi hasil pelatihan	Program pengembangan profesional (PKB) sangat relevan, dirancang berdasarkan hasil evaluasi kinerja (Butir 5.2). Pendidik sangat antusias mengikuti dan ada budaya diseminasi/berbagi ilmu hasil pelatihan. Lembaga sangat memfasilitasi (anggaran, waktu).	Dokumentasi kegiatan (IHT, workshop) sangat lengkap. Terobservasi pendidik secara nyata mengaplikasikan hasil pelatihan di kelas (terlihat peningkatan kualitas KBM). Ada portofolio PKB setiap pendidik.
Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif dan akuntabel dalam hal pemberian penghargaan atau sanksi berbasis kinerja.	SK/Pedoman/SOP sistem penghargaan & sanksi Bukti penghargaan (sertifikat, insentif, promosi) Catatan pembinaan/sanksi (jika ada) Notulen rapat penilaian kinerja	Sistem penghargaan dan sanksi sangat transparan, adil, objektif, dan berbasis data kinerja (akuntabel). Pendidik/Tendik memahami betul indikator kinerja dan merasa termotivasi oleh sistem penghargaan yang ada.	Adanya bukti nyata (SK, piagam, foto penyerahan) atas penerapan sistem penghargaan (misal: 'Best Teacher of the Month'). Pelaksanaan rapat penilaian kinerja berjalan terbuka, partisipatif, dan profesional.
Butir 6: Penyelenggara Menghadirkan Layanan Belajar Partisipatif dan Kolaboratif
Penyelenggara program pendidikan kesetaraan memiliki visi dan misi yang jelas serta mengkomunikasikannya kepada para pemangku kepentingan.	Dokumen visi dan misi PKBM (SK, Rumusan) Hasil wawancara (siswa, ortu, mitra) Papan visi dan misi yang strategis & terbaca Dokumentasi sosialisasi (rapat, orientasi siswa)	Visi dan misi tidak hanya dimiliki, tetapi dijiwai. Seluruh pemangku kepentingan (termasuk peserta didik, orang tua, dan mitra) paham betul visi misi dan program lembaga. Visi misi disosialisasikan secara masif dan kreatif (media sosial, rapat, orientasi).	Papan visi dan misi terpajang sangat jelas dan strategis. Terobservasi bahwa seluruh program kerja dan kegiatan pembelajaran (KBM) sangat selaras dan merujuk pada pencapaian visi dan misi lembaga.
Adanya kolaborasi atau kemitraan dengan berbagai pihak (termasuk orang tua/wali, mitra, dudi, dst) dalam rangka mendukung penyelenggaraan layanan pendidikan secara efektif.	MoU/Dokumen Kerjasama (aktif & relevan) Dokumentasi kegiatan (magang, guru tamu, CSR) Dokumen kontribusi (buku, alat, beasiswa) Keterlibatan orang tua (paguyuban, komite)	Kemitraan (DUDI, Komunitas, Desa, Ortu) sangat aktif, terprogram, dan saling menguntungkan. Mitra tidak hanya pasif, tetapi terlibat aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program (misal: guru tamu, validasi kurikulum, program magang, penyerapan lulusan).	Terlihat hasil nyata dari kemitraan: (Contoh: peserta didik magang di mitra, ada alat praktik hibah dari mitra, ada program vokasi bersama DUDI). Keterlibatan orang tua melalui paguyuban kelas/komite sangat kuat dan suportif terhadap program lembaga.
Pelaksanaan evaluasi/refleksi berbasis data yang melibatkan berbagai pihak yang relevan.	Laporan hasil evaluasi berbasis data Notulen rapat refleksi (melibatkan mitra/ortu) Instrumen evaluasi (survei kepuasan, dll) Analisis data (kehadiran, nilai, survei)	Evaluasi dan refleksi layanan dilakukan secara sistematis dan melibatkan semua pihak (internal, peserta didik, ortu, mitra). Pengambilan keputusan murni berbasis data (data kehadiran, hasil belajar, survei kepuasan) yang dianalisis secara mendalam.	Data hasil evaluasi (misal: grafik kehadiran, rekap hasil survei) terpajang dan digunakan sebagai bahan utama dalam rapat evaluasi. Terlihat jelas bagaimana umpan balik dari peserta didik/mitra ditindaklanjuti secara serius oleh lembaga.
Perencanaan kegiatan tahunan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi/refleksi.	Dokumen RKT/RKAT tahun berjalan Dokumen Laporan Evaluasi tahun sebelumnya Notulen rapat perencanaan (RKT/RKAT)	Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) 100% mengacu pada temuan dan rekomendasi dari laporan evaluasi tahun sebelumnya. Program kerja sangat relevan dengan kebutuhan riil peserta didik dan perbaikan layanan, bukan sekadar pengulangan program lama.	Ada benang merah yang sangat jelas dan terdokumentasi antara Laporan Evaluasi (masalah/temuan) dan RKT/RKAT (solusi/program baru). Terlihat siklus perbaikan berkelanjutan (PDCA - Plan Do Check Act) berjalan sangat baik.
Butir 7: Pengelolaan Anggaran Transparan dan Akuntabel
Anggaran program pendidikan kesetaraan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tahunan.	Dokumen RKAT (Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan) Laporan Keuangan/Buku Kas (BOS, dll) SPJ (Surat Pertanggungjawaban)	Pengelolaan anggaran sangat disiplin dan 100% mengacu pada RKAT yang telah disahkan. Setiap pengeluaran, sekecil apapun, tercatat dan mengikuti prioritas program yang telah ditetapkan. Tidak ada penyimpangan anggaran.	Dokumen RKAT dan Laporan Keuangan (Buku Kas, SPJ) menunjukkan sinkronisasi sempurna. Pengeluaran tercatat sangat rapi, kronologis, dan sesuai dengan rencana. Pembukuan sangat akuntabel dan siap diaudit kapanpun.
Rencana anggaran program pendidikan kesetaraan menunjukkan sumber pendanaan serta alokasi pemanfaatannya.	Dokumen RKAT (menunjukkan sumber & alokasi) Bukti pengadaan sarana/prasarana/kegiatan	Sumber pendanaan (APBN/BOS, APBD, Desa, Mitra, Yayasan) teridentifikasi sangat jelas dalam RKAT. Alokasi pemanfaatan sangat rinci, transparan, dan diprioritaskan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan layanan peserta didik.	Dokumen RKAT menunjukkan rincian anggaran yang sangat jelas (unit cost, volume, sumber dana). Bukti pengadaan sarana dan prasarana (sesuai alokasi) tersedia lengkap, wajar, dan sesuai prosedur.
Ada laporan berkala tentang pemanfaatan anggaran program pendidikan kesetaraan kepada pemangku kepentingan.	Laporan pemanfaatan anggaran (ke Dinas/Yayasan) Papan informasi/transparansi anggaran (BOS) Notulen rapat penyampaian laporan (dgn Komite/Ortu)	Pelaporan anggaran dilakukan secara rutin, tepat waktu, dan sangat transparan, tidak hanya ke Dinas/Yayasan, tetapi juga kepada pemangku kepentingan internal (pendidik) dan eksternal (Komite/Orang Tua) melalui mekanisme rapat yang jelas.	Tersedia papan transparansi penggunaan dana (BOS) yang diperbarui secara berkala dan mudah diakses publik. Laporan tertulis pemanfaatan anggaran dan notulen rapat penyampaian laporan tersimpan sangat baik.
Butir 8: Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik (dapat disediakan secara mandiri maupun bermitra).	Dokumen pengadaan sarana dan prasarana Bukti hibah/bantuan/kerjasama (jika bermitra) Inventaris sarana dan prasarana (KIR) Analisis Kebutuhan Sarpras	Sarana dan prasarana (ruang belajar, IT, media, toilet, dll) sangat memadai, melebihi standar minimal, dan sangat sesuai dengan kebutuhan program (termasuk program vokasi/kekhasan). Pemenuhan dilakukan proaktif berdasarkan analisis kebutuhan.	Sarana prasarana (laptop, infokus, meja kursi, alat praktik) tersedia dalam kondisi sangat baik, rasio ideal, dan digunakan secara efektif untuk pembelajaran. Dokumen inventaris dan bukti pengadaan/kemitraan sangat tertata rapi.
Pengelolaan sarana dan prasarana secara optimal.	Jadwal/Dokumentasi perawatan & perbaikan Laporan pengelolaan/inventarisasi kondisi sarpras SOP Pengelolaan/Peminjaman Sarpras Buku catatan penggunaan sarpras (Lab, dll)	Sarana dan prasarana dikelola secara sangat optimal. Ada tim/penanggung jawab yang jelas, SOP yang ditaati, dan jadwal pemeliharaan rutin yang konsisten. Setiap kerusakan ditangani dengan cepat. Pemanfaatan sarpras (misal: lab komputer) sangat maksimal.	Terobservasi kegiatan perawatan (kebersihan, pengecekan) yang rutin. Ruang kelas dan peralatan dalam kondisi sangat baik, bersih, tertata, dan siap pakai. Laporan pengelolaan sarpras sangat rinci dan diperbarui berkala.
Butir 9: Pengembangan Kurikulum
Kepemilikan kurikulum program pendidikan kesetaraan sebagai rujukan penyelenggaraan proses pembelajaran.	Dokumen Kurikulum (KOSP/KTSP) yang disahkan Wawancara dengan kepala kurikulum/pendidik RPP atau modul ajar (yang merujuk ke KOSP) SK Tim Pengembang Kurikulum	PKBM telah memiliki dan mengembangkan KOSP (Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan) secara mandiri, kontekstual, dan disahkan oleh dinas. Pendidik sangat memahami kurikulum tersebut dan menggunakannya sebagai pedoman utama KBM.	Pelaksanaan pembelajaran terbukti sangat selaras dengan KOSP. Dokumen kurikulum, RPP, dan modul ajar menunjukkan kesinambungan yang jelas. Dokumen KOSP lengkap, terstruktur, dan mudah dipahami.
Adanya mekanisme evaluasi terhadap penerapan kurikulum.	Dokumen mekanisme/SOP evaluasi kurikulum Notulen/Laporan hasil evaluasi kurikulum Instrumen evaluasi (survei, checklist) Daftar hadir rapat evaluasi (melibatkan mitra/DUDI)	Mekanisme evaluasi kurikulum sangat terstruktur, dilakukan berkala (tahunan), dan melibatkan pemangku kepentingan eksternal (mitra/DUDI) untuk memastikan relevansi. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar revisi/pengembangan kurikulum berikutnya.	Adanya pelaksanaan evaluasi (dibuktikan dengan notulen/laporan) yang mendalam. Hasil evaluasi terbukti digunakan untuk perbaikan KBM dan penyesuaian kurikulum agar tetap relevan dengan kebutuhan peserta didik dan dunia kerja.
Kurikulum program pendidikan kesetaraan relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik, dan visi-misi program pendidikan kesetaraan di satuan pendidikan yang bersangkutan.	Observasi proses belajar mengajar di kelas RPP/Modul Ajar (kontekstual, digital, vokasi) Analisis kebutuhan peserta didik/Tracer Study	Kurikulum (KOSP) sangat relevan (kontekstual) dengan kebutuhan peserta didik (dilihat dari analisis kebutuhan) dan visi-misi lembaga. Pendidik mahir memanfaatkan media digital (YouTube, GC, Infocus, Platform Edukasi) dan mengintegrasikan program kekhasan (vokasi/kewirausahaan).	Pembelajaran sangat mengintegrasikan berbagai media digital. Aktivitas belajar sangat kontekstual (menggunakan contoh/masalah lokal) dan adaptif terhadap karakteristik peserta didik (diferensiasi), mencerminkan kurikulum yang hidup dan relevan.
Butir 10: Iklim Kebinekaan
Iklim lingkungan belajar membangun sikap positif terhadap keberagaman.	Observasi penggunaan fasilitas (mushola, dll) Dokumentasi kegiatan lintas budaya/agama Catatan aktivitas/Jurnal Sikap Sosial Tata Tertib/Kebijakan anti-diskriminasi	Ada pembudayaan sikap toleransi, saling menghormati, dan bekerja sama tanpa memandang latar belakang (SARA). Lembaga proaktif mengadakan program/kegiatan yang merayakan keberagaman. Tidak pernah ada kasus diskriminasi/intoleransi.	Peserta didik dari berbagai latar belakang berinteraksi dengan sangat harmonis dan cair. Fasilitas (misal: mushola) digunakan secara bergantian dan tertib. Tercipta suasana inklusif di mana semua merasa diterima dan dihargai.
Iklim lingkungan belajar memfasilitasi hak sipil warga satuan pendidikan khususnya program pendidikan kesetaraan untuk beribadah dan berkegiatan secara setara.	Observasi kegiatan ibadah dan pembelajaran Dokumentasi fasilitas ibadah/kegiatan Catatan kegiatan inklusif	Lembaga secara konsisten menjamin 100% hak sipil dan hak beribadah seluruh warga belajar tanpa diskriminasi. Fasilitas disediakan secara adil dan memadai. Tidak ada paksaan atau halangan dalam menjalankan keyakinan masing-masing.	Lingkungan belajar sangat mendukung pelaksanaan kegiatan ibadah dan pembelajaran secara setara. Peserta didik memiliki kebebasan dan kenyamanan penuh dalam menjalankan hak sipil dan keyakinan masing-masing. Interaksi sangat menghargai.
Iklim lingkungan belajar membangun kesadaran terhadap kesetaraan gender.	Observasi kegiatan kelas (pembagian peran) Dokumentasi (foto) L/P memimpin doa/diskusi RPP/Modul Ajar yang responsif gender	Pendidik secara proaktif memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama (adil gender) kepada peserta didik L/P. Pendidik menghindari stereotip gender dalam KBM (misal: 'perempuan harus...' 'laki-laki harus...'). Kesempatan memimpin/berpendapat sangat setara.	Terobservasi partisipasi yang sangat seimbang antara L/P dalam memimpin doa, diskusi, dan mengambil peran. Tidak ada diskriminasi peran berbasis gender. Semua peserta didik percaya diri mengambil bagian dalam aktivitas apapun.
Butir 11: Lingkungan Belajar Inklusif
Kebijakan dan/atau prosedur yang menghadirkan lingkungan belajar yang inklusif.	Dokumen kebijakan/SOP inklusif (PPDB, KBM) RPP/Modul Ajar (diferensiasi, akomodatif) Observasi praktik pembelajaran inklusif Data peserta didik (termasuk ABK jika ada)	Lembaga memiliki kebijakan, SOP, dan komitmen tinggi untuk layanan inklusif. Pendidik terbukti mampu menyusun RPP/Modul Ajar yang sangat akomodatif dan berdiferensiasi (proses, konten, produk) sesuai kebutuhan individual peserta didik (termasuk ABK).	Pembelajaran berjalan sangat inklusif. Peserta didik dari berbagai latar belakang (ekonomi, kemampuan, fisik) berpartisipasi aktif dan saling mendukung. Pendidik sangat mahir menerapkan metode adaptif dan memodifikasi KBM sesuai kebutuhan.
Tersedianya program bagi pendidik, orang tua/wali/ masyarakat, dan peserta didik untuk menghadirkan lingkungan belajar yang inklusif.	Dokumen program/sosialisasi/pelatihan inklusif Notulen kegiatan partisipatif (dgn ortu, ahli) Observasi partisipasi (pendidik, ortu, siswa)	PKBM rutin menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan (peningkatan kapasitas) tentang inklusivitas. Program ini melibatkan semua pihak (pendidik, tendik, ortu, siswa, mitra) untuk membangun pemahaman dan kolaborasi yang kuat.	Kegiatan pelatihan dan sosialisasi (misal: 'parenting' ttg inklusivitas) berjalan sangat baik dan partisipatif. Semua pihak terlibat aktif dan menunjukkan komitmen bersama untuk menciptakan dan menjaga lingkungan belajar yang 100% inklusif.
Butir 12: Lingkungan Belajar Aman Secara Psikis
Kebijakan dalam pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan.	SK Tim TPPK (Tim Pencegahan Penanganan Kekerasan) SOP/Alur Penanganan Kasus Media KIE (Poster/Spanduk anti-bullying) Catatan observasi/implementasi kebijakan	Lembaga memiliki kebijakan 'zero tolerance' terhadap perundungan/kekerasan. Ada SK TPPK dan SOP penanganan yang jelas, efektif, dan disosialisasikan secara masif kepada seluruh warga belajar (termasuk ortu) melalui berbagai media.	Lingkungan belajar terbukti sangat aman dan kondusif secara psikis. Terdapat poster anti-bullying di lokasi strategis. Peserta didik menunjukkan sikap saling menghargai dan tidak terlihat adanya praktik perundungan (fisik, verbal, sosial, cyber).
Program bagi warga satuan pendidikan khususnya pada program pendidikan kesetaraan dalam pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan.	Dokumentasi sosialisasi/program (misal: Roots) Notulen/Materi edukasi (dgn polisi, psikolog) Observasi partisipasi (siswa sbg agen perubahan)	PKBM melaksanakan program pencegahan yang terstruktur, kreatif, dan berkelanjutan (bukan hanya sekali). Program ini melibatkan semua pihak, termasuk siswa sebagai agen perubahan (misal: Duta Anti-Bullying) dan ahli eksternal (psikolog, polisi).	Sosialisasi dan edukasi diikuti dengan sangat aktif oleh peserta didik. Mereka antusias dalam diskusi dan simulasi, menunjukkan pemahaman mendalam tentang bahaya bullying dan cara melaporkan yang aman. Terbentuk budaya saling menjaga.
Butir 13: Keselamatan Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan
Iklim Lingkungan belajar yang menjaga keselamatan warga satuan Pendidikan khususnya pada program Pendidikan kesetaraan.	Media KIE (Poster/Rambu K3) Tata tertib/SOP K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja) Observasi praktik menjaga keselamatan (lingkungan fisik)	Lembaga menerapkan kebijakan dan budaya K3 yang sangat ketat dan menjadi prioritas utama. Pendidik secara konsisten memberikan arahan dan menjadi teladan dalam menjaga keamanan dan tata tertib penggunaan fasilitas (misal: listrik, alat praktik).	Lingkungan belajar (lantai, kabel, tangga, bangunan) tertata sangat baik, aman, dan bebas bahaya. Terdapat poster/rambu K3 yang jelas. Pendidik dan peserta didik sangat sadar (aware) akan pentingnya menjaga keselamatan diri dan fasilitas.
Kesiapan dalam pemberian Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).	Dokumentasi ruang dan alat P3K (lengkap, tdk expired) Catatan/SOP P3K Observasi latihan/simulasi P3K Sertifikat pelatihan P3K pendidik/tendik	Tersedia ruang dan perlengkapan P3K yang sangat memadai dan terawat (dicek rutin, tidak kedaluwarsa). Ada pendidik/tendik yang terlatih (bersertifikat) P3K. Ada SOP yang jelas dan kerjasama dengan Puskesmas/RS terdekat.	Kotak dan perlengkapan P3K tersedia di beberapa titik strategis, lengkap, dan mudah diakses. Terdapat catatan prosedur P3K yang jelas. Simulasi P3K sederhana dilakukan berkala sehingga warga belajar tahu apa yang harus dilakukan.
Kesiapan satuan pendidikan khususnya program pendidikan kesetaraan dalam menghadapi ragam potensi bencana.	Dokumen prosedur/SOP tanggap darurat Dokumentasi latihan/simulasi kesiapsiagaan bencana Sarana (Jalur evakuasi, Titik kumpul, APAR)	PKBM memiliki SOP tanggap darurat yang rinci (sesuai potensi bencana lokal) dan telah disosialisasikan. Lembaga rutin melaksanakan simulasi kesiapsiagaan bencana (misal: gempa, kebakaran) bekerja sama dengan BPBD/Damkar.	Peserta didik dan pendidik terbukti pernah mengikuti latihan simulasi bencana dan paham apa yang harus dilakukan. Jalur evakuasi dan titik kumpul ditandai sangat jelas. APAR tersedia, terinspeksi, dan mudah dijangkau.
Butir 14: Lingkungan Sehat dan Program Kesehatan Fisik & Mental
Iklim lingkungan belajar membangun pola hidup bersih dan sehat.	Observasi aktivitas (piket, cuci tangan, buang sampah) Dokumentasi kegiatan (Jumat Bersih, kerja bakti) Sarana PHBS (Tempat sampah terpilah, CTPS)	Lembaga secara konsisten membudayakan PHBS. Peserta didik dilibatkan aktif (melalui piket, program kebersihan) dan menunjukkan kesadaran internal yang tinggi untuk menjaga kebersihan lingkungan tanpa perlu disuruh.	Peserta didik sangat aktif dan mandiri menjaga kebersihan. Lingkungan kelas dan toilet terawat sangat bersih. Sarana CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dan tempat sampah terpilah tersedia, berfungsi, dan digunakan dengan baik.
Program untuk membangun kesehatan mental pada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.	Dokumen program kesehatan mental/well-being Catatan/Jadwal layanan pendampingan/konseling Observasi partisipasi (sesi reflektif, sharing) Materi/Dokumentasi sosialisasi kes. mental	PKBM memiliki program kesehatan mental dan kesejahteraan (well-being) yang terstruktur, tidak hanya untuk siswa tapi juga pendidik. Layanan konseling/pendampingan sangat aktif, mudah diakses, dan menjaga kerahasiaan.	Adanya kegiatan kelompok refleksi, sesi berbagi, atau konseling yang berjalan efektif. Peserta didik dan pendidik antusias, merasa nyaman, dan aman secara psikologis untuk berbagi cerita atau mencari bantuan. Iklim sangat suportif.
Edukasi tentang pencegahan adiksi dan kesehatan reproduksi.	Dokumen materi/modul edukasi (NAPZA, Kespro) Foto/Dokumentasi penyuluhan (dgn BNN, Puskesmas) Observasi pelaksanaan edukasi (integrasi mapel)	PKBM secara rutin dan terprogram memberikan edukasi bahaya adiksi (NAPZA, rokok) dan pentingnya kesehatan reproduksi. Edukasi dilakukan melalui berbagai metode (penyuluhan ahli, integrasi mapel, diskusi) secara terbuka dan sesuai usia.	Kegiatan penyuluhan berlangsung sangat aktif dengan partisipasi tinggi. Peserta didik tidak tabu bertanya. Materi disampaikan secara profesional, mudah dipahami, dan relevan dengan tantangan remaja/dewasa muda saat ini.
Butir 15: Keterampilan Lulusan/Peserta Didik
Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan.
Menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat.
Kemandirian peserta didik/lulusan untuk berperan dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat.

Dukungan Pengembangan Aplikasi Jika aplikasi ini bermanfaat, Anda dapat memberikan dukungan untuk pengembangan selanjutnya melalui:
Dana: 081223546686
Terima kasih atas apresiasi Anda!

Hasil Akhir Akreditasi

Nilai Rata-rata: 0.00

Grade: TT

Rekapitulasi Akreditasi

Permudah rekap akreditasi dengan form ini. Mulai dari data awal.

Hasil Akhir Akreditasi

Akses Terbatas

Masukkan Kode Unlock